Sabtu, 13 September 2008

REBOISASI DARI TITIK B.71 PURA KAYU MAS, TEJAKULA, BULELENG

PENDAHULUAN
Awalnya, saya tidak terlalu mengetahui tentang konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup. Apa arti pentingnya dan bagaimana penerapannya. Walaupun saat itu saya telah menjadi anggota siswa pecinta alam Dharma Cita Ganeca SMA Saraswati 1 Denpasar. Tapi ketidakpedulian saya akhirnya berubah ketika saya diutus organisasi untuk mengikuti pembentukan kader konservasi alam tahun 2002 yang diadakan oloeh Balai KSDA Bali. Saya menjadi KKA tingkat pemula dengan kartu KKA warna kuning dan nmor KKA 82.029/22/10/D.08/Pl/IV/2002.Sejak saat itu saya mulai belajar memahami tentang arti penting konservasi sumber daya alam, apalagi saat masuk sebagai pengurus FK3I Bali, tentunya makin terbuka peluang seluas – luasnya untuk mendalami konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup. Kemudian saat masuk di dunia kampus dan aktif di BEM, nafas konservasi makin intens saya hembuskan. Maka jadilah acara BEM diselipkan acara bakti sosial penanaman, walaupun kecil, tapi paling tidak saya bisa memanfaatkan setiap kesempatan untuk menyebarluaskan tentang konservasi.
Salah satu kegiatan FK3I Bali yang memberikan saya pengalaman yang berbeda dari acara serupa dikesempatan dan tempat lain adalah penyelenggaraan penanaman di titik B.71 tersebut. Kalau pada kegiatan sebelum – sebelumnya biasanya kegiatan proses penanaman hanya berlangsung dalam sehari datang kelokasi, gali tanah sedikit terus tanam dan tinggalkan serta tidak lupa tepuk tangannya. Itulah yang umumnya yang saya ikuti. Kadang kami peserta tidak tahu berapa bibit yang ditanam dan berapa yang hidup. Sebagian besar gemanya hanya pada spanduk dan jumlah bibit yang fantastis. Sayang, dana yang besar kurang termanfaatkan secara maksimal.
Tahun 2005, FK3I Bali diberi kepercayaan untuk melaksanakan program gerakan bakti penghijauan pemuda 2005. sebagai sekretaris FK3I tentunya saya dituntut peran maksimal mulai dari penyusunan program, penentuan lokasi, jenis bibit, hingga bagaiana penanaman dan monitoring akan dilaksanakan.

G B P P 2005
Pelaksanaan program bakti penghijauan pemuda telah dimulai sejak 2005 dari empat lokasi yang dihimpun dari coordinator FK3I kabupaten, ditetapkan satu lokasi yaitu di desa Tejakula kabupaten Buleleng (Bali utara). Ada beberapa alas an yang melatar belakangi pemilihan lokasi tersebut. Pelaksanaan GBPP lebih menekankan pada proses pembelajaran kepada generasi muda. Lokasi kegiatan merupakan lahan kritis yang berbatasan dengan tanah milik masyarakat yaitu dimulai dari patok tanda batas kawasan dengan nomor registrasi B.71 antusiasme masyarakat yang tinggi mengingat baru saja terjadi banjir bandang yang melanda desa. Beberapa sekolah yang menjadi sasaran pembelajaran dekat dengan lokasi penanaman sehingga dalam proses monitoring lebih mudah.
Rangkaian GBPP 2005 diawali dengan sosialisasi program ke beberapa sekolah, kepala desa, penyuluh kehutanan lapangan dan juga masyarakat melalui SPKP (sentra penyuluhan kehutanan pedesaan) yang dibentuk pusat penyuluhan, juga pengecekan ketersediaan bibit termasuk dalam rangkaian GBPP, tapi mengingat dana baru bisa dicairkan di dinas kehutanan provinsi bali pada bulan Desember 2005 sehingga pembibitan tidak dilakukan peserta tetapi membeli dari pembibitan masyarakat. Jumlah bibit yang disediakan sejumlah 150 bibit terdiri dari mahoni dan intaran (mimba). Awalnya banyak yang mempertanyakan jumlah bibit yang mungkin sedikit sementara yang terlibat mencapai diatas 50 orng. Namun setelah kami jelaskan akhirnya dapat dimengerti. Disamping itu juga disiapkan bibit untuk penyulaman yang akan dilakukan pada awal monitoring.
Januari 2006, GBPP baru bisa digelar, kami melakukan tahap awal persiapan lokasi, dimulai dari pembersihan tanaman pengganggu disekitar lubang tanaman bertujuan untuk memberi peluang hidup yang lebih besar terhadap bibit reboisasi. Kalau menurut petunjuk pelaksanaan GBPP, seharusnya kegiatannya disarankan diluar kawasan hutan, tapi mengingat beberapa hal diatas kamipun diijinkan melakukannya di kawasan hutan sehingga kegiatan menjadi reboisasi. Lokasi penanaman merupakan kawasan perbukitan, saat musim hujan memang kelihatan hijau yang didominasi oleh tanaman semak belukar semusim sehingga saat musim panas, akan terlihat bukit kecoklatan nan tandus. Sementara tepat dikaki bukit adalah kawasan pemukiman desa. Pembuatan lubang tanam dan ajir kami melibatkan masyarakat dibawah arahan tenaga penyuluh kehutanan setempat. Titik – titik lubang mengikuti garis kontor dengan posisi gigi balang.
Penanaman bibit dilakukan dengan melibatkan lebih banyak siswa tidaki hanya dari tejakula tetapi juga perwakilan sipala sekolah – sekolah yang ada di kota Singaraja. Kegiatan ini diawali dengan sembahyang bersama di Pura Kayu Mas yang berada di titik B.71. dilanjutkan dengan penjelasan tentang reboisasi, cara tanam dan titik – titik lobang yang telah disiapkan. Karena jumlah peserta yang cukup banyak, penanaman bibit cukup singkat, acara dilanjutkan dengan diskusi membahas tenbtang jadwal monitoring. Monitoring rencananya akan dilaksanakan hingga bulan Mei 2007, hampir 4 bulan lamanya. Monitoring akan dikoordinasikan dengan Korwil FK3I Singaraja mengingat kami tidak memungkinkan untuk setiap waktu memonitor pertumbuhan bibit. Monitoring meliputi pemantauan tingkat pertumbuhan, pembersihan gulma, penyulaman. Jadwalnya disesuaikan dengan jadwal latihan Sispala dari 2 SMA yang ada di Tejakula. Hal ini sekaligus menjadi suatu proses pembelajaran dan berjalan dengan baik. Rekan – rekan kader dan pecinta alam yang ada di Buleleng selalu menyampaikan hasil monitoring, tentang jumlah bibit yng mati atau hilang tak ditemukan jejaknya via telpon dan SMS. Sekali waktu kami pun turun kelapangan untuk memantau tanaman kami. Hingga akhir program tidak terlalu banyak bibit yang tak ditemukan jejaknya karena tertutup belukar berduri sehingga kami membiarkan tanpa disulam. Tingkat kematian bibit atau tak diketemukan kurang dari 10%. Rasanya sangat puas melihat bibit – bibit kami berhasil tumbuh karena semuanya kami rancang dengan sangat sederhana, tanpa bentangan spanduk, seremonial dan tepuk tangan. Hanya makan siang bersama berupa nasi bungkus sederhana yang disiapkan warga.
Dibenak kami masih tersimpan keinginn untuk melanjutkan program reboisasi di Tejakula. Kami harus mencari celah – celah dana untuk pembiayaannya. Karena kami hanya bermodalkan keinginan, semangat pengabdian sebagai KKA. Kami yakin apabila program reboisasi ataupun penanaman dirancang dengan baik, sepenuhnya melibatkan masyarakat dan mengurangi acara seremonial yang tidak terlalu perlu, maka tidaklah terlalu banyak dana – dana yang terhamburkan dengan percuma. Seandainya tingkat program reboisasi semisal GERHAN memiliki tingkat keberhasilan diatas 60%, tentu kita boleh berharap bahwa hutan kita akan lebih cepat terpulihkan…… semoga.

2 komentar:

mdpl3726 mengatakan...

hi man.......
ketemu jugaa blogger mu
apa khabar?????????????????
sophie lombok neh.........
long time no c........ aq di mdpl3726@yahoo.com or sophiethea.blogger yach

mdpl3726 mengatakan...

eh salah bloggernya ramdhanysophie